contoh latar belakang masalah komunikasi matematika

contoh latar belakang masalah komunikasi matematika|komunikasi, matematika, pembelajaran
Latar Belakang Masalah Komunikasi Matematika
  
komunikasi matematika
Pembelajaran secara konvensional menjadi penyebab siswa tidak mengimplementasikan pembelajarannya dalam kehidupan sehari-hari. Mereka mengajak para siswa untuk menyerap, tetapi tidak menggunakan; mendengar, tetapi tidak bertindak; berteori, tetapi tidak mempraktikkan. Ketersediaan fasilitas, media, dan informasi pada abad ini harus dimanfaatkan oleh guru dan siswa dengan sebaik-baiknya dalam kegiatan pembelajaran yang berlangsung di dalam kelas atau di luar kelas. Kepada media, Mendikbud Anies mengungkapkan kemampuan membaca dan menulis harus menjadi fokus perhatian. Menurutnya, kemampuan membaca adalah berkaitan dengan logika berpikir. Membaca itu logika, karena saat membaca struktur kalimat itu membentuk logika berpikir. Sehingga kemampuan bahasa dan matematika menjadi (kebutuhan) sangat mendasar sekali.
        Kemampuan komunikasi matematika mempunyai peran penting kompetensi pembelajaran abad 21 agar siswa dapat mengatasi tantangan secara kompleks dalam kehidupan sehari-hari. Pembelajaran abad 21 merupakan pembelajaran yang menjadikan siswa memaknai proses pembelajaran bahwa belajar itu kebutuhan bagi kehidupan kita. Selain itu, kompetensi abad 21 bisa dikatakan pembelajaran era moderen karena tidak dipungkiri bahwa teknologi yang berkembang pesat saat ini digunakan sebagai pendukung proses pembelajaran yang lebih baik. Oleh sebab itu, kompetensi pada abad 21 merupakan kompetensi yang harus dimiliki dan diterapkan oleh siswa. US-based Partnership for 21st Century Skills (P21), mengidentifikasi kompetensi yang diperlukan di abad ke-21 yaitu The 4Cs - communication, collaboration, critical thinking, dan creativitty. 
        Kompetensi-kompetensi tersebut penting diajarkan pada siswa dalam konteks bidang studi inti dan tema abad ke-21.
Kompetensi pembelajaran abad 21 di zaman era milenial, guru tidak hanya menggunakan media papan tulis, spidol, dan penghapus dalam proses pembelajaran, namun memanfaatkan teknologi untuk informasi dan penyampaian suatu pengetahuan. Diskusi pembelajaran dengan menggunakan media yang unik akan mendorong siswa untuk saling kolaborasi dengan teman sebayanya sehingga akan terjadi keterampilan dalam berkomunikasi. Komunikasi dalam matematika begitu penting untuk proses tukar pemikiran guru dengan siswa. Guru harus mampu menjelaskan angka-angka dan simbol-simbol matematika kepada siswa baik secara lisan maupun tulisan agar siswa mampu memahami secara benar dan baik.. Tentu saja, tanpa komunikasi dalam pembelajaran matematika menjadikan siswa sulit untuk mengidentifikasi setiap materi yang diberikan dalam proses dan aplikasi matematika, karena identifikasi dalam matematika merupakan proses mengenal matematika dengan data dan keterangan secara jelas sebagai pemahaman siswa terhadap matematika dalam awal pencapaian suatu pembelajaran. Dari pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa kemampuan komunikasi matematika seseorang sangat penting dalam pembelajaran matematika karena dengan kemampuan komunikasi matematika siswa dapat menjelaskan secara lisan atau tulisan tentang konsep, rumus, simbol matematika sehingga pemahaman mereka dapat menyelesaikan strategi masalah matematika. 
        Menurut Ansari dalam Hodiyanto menyatakan bahwa berbagai hasil penelitian menunjukkan bahwa merosotnya pemahaman matematik siswa di kelas antara lain karena (1) dalam mengajar guru mengajarkan siswa bagaimana untuk menyelesaikan soal; (2) siswa belajar dengan cara mendengar dan menonton guru melakukan matematik, kemudian guru memecahkannya sendiri; (3) Pada saat mengajar matematika, guru langsung menjelaskan topik yang akan dipelajari, dilanjutkan dengan pemberian contoh dan soal untuk latihan. Sedangkan suatu hasil penelitian yang dilakukan oleh Shimada dalam jurnal Darkasyi memperlihatkan bahwa dalam proses belajar dan mengajar, guru berperan dominan dan informasi hanya berjalan satu arah dari guru ke siswa, sehingga siswa sangat pasif. Dari berbagai penelitian tersebut tentu saja, pembelajaran konvensional akan membuat siswa tidak mampu mengembangkan kemampuan komunikasi dalam pembelajaran matematika. Lebih lanjut, dalam National Council of Teachers of Mathematics (NCTM) menyatakan bahwa communication is an essential part of mathematics and mathematics education. Maksud dari komunikasi merupakan bagian yang penting dalam matematika dan pendidikan matematika, karena pembelajaran matematika memiliki banyak simbol-simbol tertentu yang mempunyai makna sehingga dalam pembelajaran matematika kita harus mengetahui setiap simbol-simbol matematika untuk tercapainya pembelajaran matematika yang komunikatif. Pembelajaran kontekstual merupakan pembelajaran yang dapat mengembangkan aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik pada dirinya saat proses pembelajaran sehingga pembelajaran menjadi bermakna. Hal itu dapat menjadikan siswa untuk mudah menerima dan memahami serta mengembangkan pembelajaran matematika dari pengajar karena pembelajaran tersebut berhubungan dengan kehidupan sehari-hari. Siswa mudah menerima dan memahami karena siswa mampu merealisasikan di lingkungan sekitar, sehingga pembelajaran yang dimilikinya dapat bermanfaat untuk dirinya sendiri maupun untuk orang lain. Seperti yang dikatakan filsuf terkernal, Whitehead, Si anak harus menjadikannya (ide-ide tersebut) milik mereka, dan harus mengerti penerapannya dalam situasi kehidupan nyata mereka pada saat yang sama. Belajar dengan menghubungkan dunia nyata dapat dilakukan dengan pembelajaran kontekstual karena pembelajaran kontekstual berkaitan dengan kehidupan secara fakta.
close