Cara dan Ilustrasi Melakukan
Pembelajaran Campuran
Ilustrasi Pembelajaran Campuran
Ilustrasi 1: Guru Agung
Guru Agung sedang membuat rancangan pelaksanaan pembelajaran untuk tujuan belajar terkait bidang datar. Ia berencana melakukannya dengan strategi pembelajaran campuran. Setelah berpikir, ia membuat alur pembelajaran campurannya seperti ini:
Fase 1: Pembelajaran sinkron
1. Luring. Guru Agung mengadakan Pertemuan Tatap Muka Terbatas yang diisi dengan kegiatan orientasi untuk menumbuhkan minat murid terhadap bidang datar. Ia menunjukkan sejumlah contoh bidang datar dan meminta murid menyebutkan ciri-cirinya. Dari diskusi tersebut, Guru Agung meminta salah seorang murid merumuskan pengertian bidang datar.
Fase 2: Pembelajaran asinkron
1. Daring: Guru Agung menugaskan murid mempelajari materi bacaan tentang bidang datar dari bahan ajar yang disediakan guru maupun dari sumber lain.
2. Daring: Guru Agung memberikan asesmen formatif tentang bidang datar agar murid mengetahui sendiri materi yang sudah dan belum dikuasainya. Berdasarkan hasil asesmen formatif, murid bisa mengetahui bagian mana yang masih perlu dipelajarinya.
Fase 3: Pembelajaran sinkron
1. Luring. Guru Agung meminta murid membawa contoh bidang datar yang mudah dibawa dan mudah didapatkan di lingkungan sekitar. Guru Agung mengajak murid menghitung luas dari bidang datar yang dibawanya. Setelah itu, perwakilan murid mempresentasikan caranya menghitung luas bidang datar.
Ilustrasi 2: Guru Mutiara
Guru Mutiara sedang berpikir bagaimana membantu murid menguasai kompetensi terkait menelaah struktur dan kebahasaan teks narasi (cerita imajinasi) yang dibaca dan didengar. Karena pandemi, Guru Mutiara mempertimbangkan untuk menggunakan pembelajaran campuran. Ia pusing karena belum pernah melakukannya. Tapi setelah berdiskusi dengan rekan guru yang lain, Guru Mutiara merumuskan tahapan belajarnya seperti ini:
Fase 1: Pembelajaran asinkron
1. Daring: Guru Mutiara memberikan akses daring (online) kepada murid terhadap teks narasi (cerita imajinasi). Guru Mutiara meminta murid menelaah struktur dan kebahasaannya melalui komentar di dokumen daring tersebut. Dengan melakukan hal ini, Guru Mutiara bisa mengetahui mana pemahaman muridnya atau bisa disebut juga melakukan asesmen diagnosis.
Fase 2: Pembelajaran sinkron
1. Luring: Guru Mutiara memberikan umpan balik terhadap hasil asesmen diagnosis murid yang dikaitkan dengan konsep telaah struktur dan kebahasaan teks narasi (cerita imajinasi).
Fase 3: Pembelajaran asinkron
1. Daring: Guru Mutiara menugaskan murid mempelajari materi tentang telaah struktur dan kebahasaan teks narasi (cerita imajinasi) sebagai pendalaman pemahaman.
2. Luring: Guru Mutiara mengatur murid menjadi sejumlah kelompok. Murid yang sudah menguasai disebar ke semua kelompok. Para murid diminta melakukan analisis terhadap dokumen cerita yang sudah dipelajari pada pembelajaran asinkron sebelumnya. Setiap kelompok membuat presentasi hasil diskusi.
Fase 4: Pembelajaran sinkron
1. Luring: Guru Mutiara meminta kelompok melakukan presentasi. Pada setiap presentasi, Guru Mutiara memberikan umpan balik terkait telaah struktur dan kebahasaan teks narasi (cerita imajinasi).