Pernyataan Menag (Menteri Agama) Yaqut
Tentang Toa Masjid
Aturan adzan ya iya, ya itu kemarin kita sudah terbitkan surat edaran peraturan, kita tidak melarang Masjid mushola menggunakan toa, tidak silahkan karena kita tahu sebagian dari syiar agama Islam ya tetapi harus diatur tentu saja diatur. Bagaimanapun volume speakernya itu nggak boleh kenceng-kenceng maksimal 100 DB , diatur bagaimana, kapan mereka bisa menggunakan speaker itu sebelum azan dan setelah Azan, bagaimana menggunakan speaker di dalam tentunya, tidak ada pelarangan ini sebagaimana aturan ini dibuat semata-mata hanya untuk membuat masyarakat semakin harmonis.
Meningkatkan manfaat dan mengurangi maslahat jadi menambah manfaat dan mengurangi ketidakmanfaatan karena kita tahu misalnya ya, kita tahu di daerah yang mayoritas muslim. Hampir setiap sepanjang 100 meter 200 meter itu ada mushola masjid bayangkan kalau kemudian dalam waktu yang bersamaan mereka semua menyalakan toanya di atas kayak apa, itu bukan lagi syiar namun menjadi gangguan buat sekitarnya. Bayangkan lagi kitanya muslim, saya hidup di lingkungan non muslim ya kemudian dan rumah-rumah Ibadah sudah sering muslim itu bunyikan toa sehari 5 kali dengan cepat secara bersamaan itu rasanya bagaimana, yang paling sederhana lagi, tetangga kita ini kalau kita hidup dalam satu kompleks gitu misalnya kiri-kanan depan-belakang pelihara anjing semua, misalnya menggonggong dalam waktu yang bersamaan kita ini terganggu enggak artinya apa buat suara-suara. Ya suara-suara ini apapun suara itu ya ini harus kita atur supaya tidak menjadikan gangguan, ya speaker musholla masjid mau dipakai silahkan dipakai tetapi tolong diatur agar tidak ada merasa terganggu, agar niat menggunakan toa, menggunakan speaker sebagai sarana sebagai wasilah untuk syiar.
Melakukan syiar tetap bisa dilaksanakan tanpa harus mengganggu mereka yang tidak sama dengan keyakinan, kita berbeda keyakinan kita harus menghargai , itu aja intinya , saya kira dukungan juga banyak atas ini karena alam bawah sadar kita kan pasti kawan-kawan juga pasti merasakan itu bagaimana kalau suara itu tidak diatur pasti mengganggu gitu, truk itu kalo banyak di sekitar kita, kita diam disuatu tempat kemudian ada truk ditempat kemudian truk ada di kiri-kanan kita, depan-belakang kita mereka nyalakan mesin sama-sama kita masih terdengar suara-suara yang tidak diatur itu pasti akan menjadi gangguan.
Adapun beberapa komentar dari Netizen :
*Di Bali setiap saat do'a umat Hindu yg juga cukup keras tidak ada protes.
*Mertuaku tinggal di Bali, kalo lagi mudik ke Bali , tiap saat bahkan semalam suntuk berhari-hari mendengarkan ibadahnya umat hindu kami juga bisa tidur.
*Tergantung kelapangan hati sih ya. Selama ini baik2 saja kok., yah ada lah satu dua kasus. Tapi kan kasuistis ya...
*Letak kan Seorang Yg Bukan Dikomunitasnya Satu Hari saja , apa yang akan dia rasakan
*Orang yang diingatkan terkadang masih saja lupa , apalagi dibiarkan.
*Masjid juga tahu diri kok tidak perlu aturan sedemikian itu, masih banyak yang harus diperhatikan.
*Membuat kebijakan yang justru kebiasaan organisasi-Nya, NU. bukankah yg ada sholawatan, tadarusan, dzikiran sebelum dan sesudah sholat dengan keras itu hanya masjid NU? balasan; ya mas ...kok menag zaman now hobinya bikin gaduh aja, apa tidak bisa menghadapi tekanan?, iya sih..tekanannya juga luar biasa